Gadis Buta
Penjual Bunga
Pada suatu hari hiduplah seorang gadis cantik nan jelita
anak dari seorang penjual bunga di pinggir jalan. Gadis cantik itu bernama
Pelita namun ia memiiki kekurangan yaitu ia buta karena kecelakaan. Ia tinggal
bersama ibunya karena ayahnya telah meninggal dunia karena kecelakaan. Pelita
bersekolah di Sekolah Luar Biasa Bangsa. Ia belajar membaca dan lainnya. Pelita
adalah anak yang pintar dan suka menolong. Selepas ia selesai sekolah Pelita
membantu Ibunya untuk berjualan bunga. Dengan Pelita rajin membantu ibunya
berjualan bunga, ia hafal macam-macam bunga yang dijual ibunya dari harum dan
bentuknya dengan keterbatasannya.
Suatu ketika Pelita sedang berjualan ada seorang
perempuan separuh baya yang membeli setangkai bunga mawar putih. Dengan ceria
Pelita melayani pembeli itu. Namun pembeli itu meminta untuk dikirimkan
setangkai bunga mawar putih segar ke Rumah Sakit Harapan Bunda setiap harinya.
Pelita pun dengan semangat menyetujui permintaan perempuan separuh baya
tersebut.
Di pagi hari yang cerah Pelita bersiap-siap berangkat
sekolah dan mengantar bunga mawar putih ke Rumah Sakit Harapan Bunda bersama
ibunya. Terjadilah kecelakan di persimpangan jalan menuju Rumah Sakit Harapan
Bunda, dengan perasaan terkejut ibu Pelita menghampiri orang yang mengalami
kecelakaan tersebut. Dengan perasaan kaget ternyata orang tersebut adalah
perempuan separuh baya yang memesan bunga mawar putih untuk diantarkan ke Rumah
Sakit Harapan Bunda. Dengan sigap ibu Pelita dan warga sekitar membawa
perempuan separuh baya tersebut ke rumah sakit. Karena perempuan tersebut
kehilangan banyak darah, maka perempuan itu membutuhkan darah yang sama
dengannya. Pelita pun mengajukan diri sebagai pendonor darah untuk perempuan
separuh baya tersebut. Namun ibu Pelita sempat melarang keputusan yang Pelita
ambil. Dengan alasan pasti Ibu Pelita mengizinkan untuk Pelita mendonorkan
darahnya. Selepas Pelita mendonorkan darahnya, ia dan ibunya kembali pulang ke
toko bunganya.
Keesokkan harinya Pelita berpamitan untuk berangkat ke
sekolah kepada ibunya, namun ada sebuah mobil tepat berhenti didepan toko bunga
Pelita. Seseorang turun dari mobil tersebut dan menghampiri Pelita dan ibunya.
Seseorang itu memberikan uang dalam jumlah yang sangat besar dan seseorang
tersebut mengatakan bahwa itu adalah tanda terimakasih atas darah yang telah
didonorkan Pelita untuk perempuan separuh baya. Pelita dan ibunya pun terdiam.
Dengan cepat seseorang itu meninggalkan toko bunga Pelita. Pelita dan ibunya
merasa tidak berhak untuk menerima uang yang jumlahnya sangat banyak. Bergegas
Pelita dan ibunya pergi menuju Rumah Sakit Harapan Bunda tempat perempuan
separuh baya itu di rawat. Sampailah Pelita dan ibunya didepan kamar perempuan
itu, dan masuk melihat perempuan itu berbaring lemah ditempat tidurnya. Dengan
alasan yang pasti Pelita dan ibunya menolak untuk menerima uang tersebut.
Terucaplah kata terimakasih dari perempuan separuh baya untuk Pelita. Pelita
pun mengatakan bahwa tidak semua tindakan bisa dibayar dengan uang, dengan
keikhlasan yang tulus Allah akan menggantikannya kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar